Perjumpaan Maria Magdalena dan Yesus

Teks: Yohanes 20:1-10

Menurut Catatan Tahunan Komnas Perempuan menyebutkan angka yang cukup memprihatinkan terkait terjadinya kasus kekerasan kepada perempuan, baik anak perempuan maupun dewasa perempuan, yakni ada 4.371 kasus pada tahun 2022 yang diadukan ke Komnas Perempuan. Rinciannya ada 2.098  kasus kekerasan di ranah personal (KDRT), 1.276 kasus ranah publik (kasus kekerasan di tempat kerja, wilayah tempat tinggal, lingkungan pendidikan, dll), dan 68 kasus di ranah negara (kekerasan terhadap perempuan berhadapan dengan hukum, konflik SDA, pejabat negara, peraturan hukum yang mendiskriminasi perempuan).

Apa yang mau disampaikan dari data ini, Bapak-Ibu? Perempuan masih menjadi korban kekerasan dalam ranah personal, publik, dan hukum. Kekerasan yang terjadi meliputi kekerasan fisik, verbal, seksual, mental, dan gender. Terkadang antara sadar dan tidak sadar, sengaja atau tidak sengaja kita melakukannya.

Teks Yohanes 20:11-18 selalu dipakai ketika momen paskah, namun hari ini kita diajak untuk membaca dan mempelajarinya dari sudut pandang hari perempuan GKE. Kebangkitan Kristus adalah tanda kemenangan atas maut. Kebangkitan Kristus menjadi dasar bagi orang Kristen untuk senantiasa berpengharapan dan bergerak untuk memperjuangkan kebenaran dan cinta kasih. Oleh karena itu, berdasarkan data yang memprihatinkan dari Komnas Perempuan tadi, kita disadarkan selama ini, apakah makna kebangkitan Kristus itu sendiri sudah benar-benar mengubah dan memperbaharui hidup kita, baik para kaum laki-laki, maupun kita sesama perempuan? Sebab tidak jarang juga, kekerasan bukan saja dilakukan oleh kaum laki-laki kepada kaum perempuan, melainkan kaum perempuan itu sendiri yang melakukan kekerasan kepada sesamanya kaum perempuan. Kebangkitan Kristus yang kita imani, kita syukuri dan menjadi puncak kepercayaan Kristiani kita seharusnya mendorong bangkitnya kesadaran setiap orang untuk dapat menghargai perempuan, menjamin keamanan, dan kesejahteraan hidup kaum perempuan!

Bapak, Ibu, saudara, sangat menarik untuk melihat sudut pandang lain dari teks Yohanes 20:11-18, yakni tentang sosok seorang Maria Magdalena yang begitu mengasihi Tuhan Yesus. Ketika melihat kubur kosong, Maria Magdalena lari mendapatkan Petrus dan murid lainnya untuk menceritakan apa yang terjadi. Ketika Petrus dan murid yang lain datang ke kubur dan mendapati bahwa apa yang disampaikan oleh Maria itu benar, mereka pulang ke rumah. Tetapi apa yang dilakukan Maria Magdalena? Ia tetap berdiri di dekat kubur itu, menangis, dan mencari keberadaan mayat Tuhan Yesus (13, 15)! Lihatlah perbedaan sikap antara para murid dan Maria Magdalena!

Dalam dunia Yahudi, perempuan tidak dianggap sebagai manusia yang memiliki nilai, arti, dan hak yang sama seperti laki-laki. Perempuan adalah the second class. Injil Yohanes menawarkan sesuatu yang berbeda. Injil ini menyebutkan berbagai pengalaman perempuan. Yohanes mengawali dan mengakhiri Injilnya dengan menyebut peran perempuan. Mengapa demikian? Karena perempuan-perempuan ini memiliki peran yang bear dan tindakan mereka patut menjadi potret bagi komunitas yang dibangun oleh Yesus, di tengah budaya patriarkal yang sangat kental. Injil Yohanes muncul dengan pandangan yang berbeda terhadap perempuan. Beberapa catatan misalnya kisah Perkawinan di Kana, dimana Maria ibu Yesus meminta Yesus meakukan sesuatu (Yoh 2), percakapan Yesus dengan perempuan Samaria (Yoh. 4), percakapan Yesus dengan perempuan yang dituduh berzinah (Yoh. 8) dan lainnya.

Peran besar dari Maria Magdalena terlihat dari percakapannya dengan Tuhan Yesus. Ia diutus oleh Tuhan Yesus untuk memberitakan kabar kebangkitan kepada para murid. Bahasa lainnya mengatakan bahwa inilah Rasul dari Rasul, karena ia adalah yang pertama diutus untuk mengabarkan kebangkitan Kristus! Peran besar dan istimewa ini diberikan oleh Tuhan kepada seorang Maria Magdalena yang adalah seorang perempuan, bukan diberikan kepada Simon Petrus ataupun murid laki-laki yang lainnya. Pengutusan Maria Magdalen bukan karena kesetiaannya di sekitar kubur Yesus, namun merupakan kehendak Kristus untuk menunjukkan kepada para murid dan masyarakat saat itu yang sangat kuat budaya patriarkalnya bahwa laki-laki maupun perempuan sama-sama berharga dan dipakai oleh Tuhan! Dengan demikian maka jelas bahwa Tuhan sendiri mengajarkan kepada kita untuk menghargai dan menerima kaum perempuan sebagai murid yang setara kedudukannya dengan murid Tuhan Yesus yang lain! Bukan sebagai objek kekerasan atau makhluk kelas dua yang tidak berdaya di bawah kekuasaan orang-orang yang menindas.

Bapak-ibu, saudara. Di dalam rangka hari perempuan GKE tahun ini, tema yang diambil adalah Perempuan GKE yang menyatakan kasih dan kebaikan Tuhan. Perempuan dapat menyadari dan melihat bahwa dengan segala keberadaan dirinya, ia dipakai oleh Tuhan untuk menyatakan kasih dan kebaikan Tuhan kepada dunia! Kaum laki-laki juga dapat menyadari dan melihat bahwa kaum perempuan adalah mitra, saudara, penolong, murid Tuhan yang setara yang juga diberikan kesempatan sama untuk menyatakan kasih dan kebaikan Tuhan! Bekerjasamalah sebagai sesama murid Tuhan!

Bagaimana caranya? Kisah perjumpaan dan percakapan Tuhan Yesus dan Maria Magdalena mengajak kita belajar dari 3P yang terjadi:

  1. P1: Penghormatan. Tuhan Yesus dalam ayat 15 memanggil Maria Magdalena dengan panggilan “Ibu”. Sebuah panggilan yang begitu indah ya, ketika dipanggil dengan sebutan ibu. Bukan seorang anak yang memanggil ibu, tetapi Tuhan Yesus itu sendiri. Ini sama indahnya dengan panggilan Yesus kepada Maria ibunya dari atas kayu salib, “Ibu” (Yoh. 19:26). Artinya apa? Yesus menghormati sosok seorang perempuan, seorang ibu. Ia peduli pada sosok ibu yang menangis bersedih karena kehilangan diri-Nya secara jasmani. Pada masa kini, kasus KDRT mengancam para perempuan. Sosok ibu/perempuan menangis karena banyak alasan: kehilangan kebahagiaan, fisiknya disakiti, anaknya dirampas, suami atau pacar melakukan tindakan kekerasan, mengalami pelecehan di ruang publik, tersakiti secara mental karena gossip kiri kanan, dan sebagainya. Rasa penghormatan dan penghargaan kepada diri perempuan harus ditanamkan kepada diri kita. Puji Tuhan karena  tentunya sudah ada kaum laki-laki yang peduli akan masalah yang dialami oleh kaum perempuan. Namun harus diakui juga scara jujur, masih ada kaum perempuan yang belum peduli akan hak dan martabatnya sendiri sehingga dengan mudahnya menjadi korban kekerasan. Mari, kaum laki-laki dan kaum perempuan saling menghormati dan menghargai, terlebih saling melihat bahwa kita ini sama-sama ciptaan Tuhan, sama-sama murid Tuhan Yesus, dan tentunya sama-sama diutus untuk menceritakan kebaikan dan kasih Tuhan. Jika kita saja tidak saling menghargai, menghormati, dan menjaga, bagaimana dunia bisa melihat kesaksian kita tentang Tuhan yang kasih dan baik itu?
  2. P2: Pengenalan Pribadi. Tuhan Yesus memanggil Maria dengan menyebutkan namanya (ay. 16)! Dan seketika itu juga Maria langsung mengenali Tuhan Yesus, “Rabuni! Guru”. Tidak mengenal sebelumnya bukan sekedar karena mata maria kabur tertutup oleh air mata, tetapi tentunya panggilan yang kedua ini adalah panggilan yang begitu intim akibat relasi yang terjalin antara Tuhan Yesus dan murid-Nya! Tuhan mengenal semua murid-muridnya (Akulah gembala yang baik, gembala yang baik mengenal semua domba-dombanya). Bagi kita saat ini, terkhususnya kaum perempuan, apakah kita sudah sungguh mengenal Kristus dan membangun hubungan intim dengan-Nya? Menyediakan waktu untuk mendengarkan suara Tuhan dan bercakap-cakap dengan-Nya? Memberikan waktu dan diri untuk melayani Tuhan? Jangan-jangan selama ini kita terlalu sibuk mengurus keluarga, mengurus diri, mengurus pekerjaan, sehingga tidak pernah melakukan upaya untuk dekat kepada Tuhan! Jika ini yang terjadi, maka mari kita kembali kepada Tuhan! Kita perlu hidup akrab dengan Tuhan supaya kisah kasih dan kebaikan Tuhan yang kita nyatakan sungguh-sungguh berasal dari pengenalan yang benar akan Tuhan. Bagi kaum laki-laki, introspeksi diri juga, semoga sudah memiliki pengenalan pribadi yang baik dengan Tuhan. Dan bawalah anggota keluargamu untuk memiliki relasi dengan Tuhan maka Tuhan tentu akan memberkati setiap pribadi dalam keluargamu!
  3. P3: Pengutusan. Puncak dari perjumpaan antara Maria Magdalena dan Tuhan Yesus di kubur kosong tersebut adalah pengutusan! Maria Magdalena diutus untuk pergi kepada murid yang lain dan mengatakan apa yang telah dilihat oleh-Nya saat itu! Kesaksian perempuan memang tidak didengarkan di kalangan masyarakat Yahudi. Tetapi pengutusan itu tetap dijalankan oleh Maria Magdalena apapun respon dari para murid yang lain. Pada akhirnya, kisah kebangkitan Kristus tersebar dan semua murid menjadi percaya, karena ada Tuhan Yesus yang menampakkan diri kepada para murid. Ini bisa dilihat sebagai tindakan mengkonfirmasi bahwa kesaksian Maria Magdalena adalah benar! Kita kaum perempuan diutus oleh Tuhan untuk menyatakan kasih dan kebaikan Tuhan. Bersaksi dengan kata dan karya! Membesarkan anak dengan cinta kasih dan takut akan Tuhan. Bekerja sama dengan kaum laki-laki untuk mewujudkan kehidupan yang damai sejahtera, baik di keluarga, gereja, masyarakat, lingkungan kerja, dan dimanapun kita berada.

Bapak, Ibu, Saudara/i. Data di awal tentang maraknya kekerasan yang terjadi pada kaum perempuan, baik secara fisik, mental, verbal, seksual, dan gender adalah keprihatinan kita bersama. Kasih dan kebaikan Tuhan harus kita nyatakan tanpa pandang diri kita laki-laki atau perempuan, karena kasih dan kebaikan Tuhan berlaku untuk semua ciptaan di dunia ini! Mari bersama-sama dengan semangat di hari Perempuan tahun ini, kita bersama-sama menjadi murid-murid Tuhan Yesus yang saling menghormati, memiliki relasi dengan Tuhan, dan siap diutus untuk keadilan, damai sejahtera, dan keutuhan ciptaan-Nya!

Disampaikan oleh Pdt. Lia Afriliani, M.Th dalam ibadah Minggu dalam rangka perayaan hari perempuan GKE Tahun 2023


Tinggalkan komentar